Sunday, 1 November 2015

Because I'm Proud of My Identity



Blog ini memang dari awal sengaja ingin dibuat dwi bahasa, suka-suka penulisnya lagi kepingin pakai bahasa apa :). Dan kali ini sepertinya lebih mudah mengutarakan cerita ini dengan bahasa Indonesia. So, here we go...

Identitasku sebagai seorang Muslim selalu aku bawa kemana-kemana. Orang akan mudah mengenali bahwa aku adalah seorang wanita Muslim. Ya, jilbabku yang selalu dengan indahnya menutupi auratku sejak kelas 1 SMA.

Akhir-akhir ini fenomena Islamophobia semakin menjadi-jadi di Australia. Mulai dari reaksi terhadap Lindt Cafe siege dan kemudian insiden penembakan di Parramatta. Selalu ada rasa was-was di hatiku setiap kali berjalan di area publik di suburb yang mayoritas penduduknya adalah non-Muslim karena tidak jarang juga Muslim (terutama wanita) mengalami tindakan rasis. Alhamdulillah, aku beruntung bekerja di perusahaan yang menjunjung tinggi perbedaan dan memiliki kolega yang memperlakukan aku sama seperti yang lain.

Hari Jumat lalu adalah salah suatu hari dimana aku sangat bangga pada diriku, terutama sebagai seorang Muslim. Aku mendapat sweet surprise dari manajerku. Rupanya, aku manajerku mempersembahkan sebuah penghargaan bagiku di dalam pertemuan business update di kantor di hadapan orang banyak yang mayoritas non-Muslim.

Saat beliau maju ke depan, sebetulnya aku sedikit takjub karena akhirnya SESEORANG dari tim kami akan ada yang mendapat penghargaan! Aku sudah ngedumel hampir setahun karena tidak ada penghargaan apapun yang diberikan ke tim kami. Aku pikir pemimpin-pemimpin kami sudah lupa caranya mengapresiasi kerja timnya. Sebagai gambaran, tahun lalu sebelum tim kami direstrukturisasi, selalu ada ajang pemberian apresiasi karyawan setidaknya tiga bulan sekali. Jadi memang sangat jelas terlihat perbedaannya.

Ketika slide mulai dimunculkan, aku melihat tulisan yang sangat familiar. Itu adalah tulisan yang kolegaku kirimkan bersama daftar pertanyaan untuk interview! "Jadi... rupanya? It's an award for me?!". Saat itu adalah saat dimana akhirnya aku bisa menunjukkan ke khalayak ramai bahwa orang Islam juga bisa berprestasi. Dan aku tidak perlu banyak bercuap-cuap, cukup aksiku saja yang membuktikannya. Because action is louder than words. 

Penghargaan itu aku dapatkan untuk kontribusiku selama hampir satu tahun terakhir. I've been juggling between three things: BAU, adhocs, and volunteering, and never dropping the ball (based on managers' testimonial). Sejujurnya aku merasa kerjaku kurang optimal dibandingkan tahun lalu, tetapi alhamdulillah for everything. Setidaknya aku dihargai lebih dari sekedar gaji. I love my job.

Sekarang piagam pernghargaan itu tepampang cantik di jendela dekat meja kerjaku sebagai pengingat bahwa kerja keras akan diapresiasi. By the way, I have a very beautiful window seat overlooking the beach building next door, hahaha. You just to keep going on and do your best, and let Allah do the rest.




Be First to Post Comment !
Post a Comment