Wednesday, 20 April 2016

My Own Pace

Beberapa minggu yang lalu akhirnya aku mendapatkan konfirmasi - lampu hijau - dari manajerku bahwa memang sudah waktunya aku untuk menambah responsibility dan menghadapi challenge baru. Lucunya, manajerku sempat bilang, "Dita, aku tahu kamu udah bosen dengen kerjaanmu yang sekarang." Hahaha. Alhamdulillah senangnya bukan main, karena aku sendiri pun sudah mulai merasa bahwa aku siap untuk step selanjutnya. Tapi apa daya mungkin belum rezekiku, belum ada posisi kosong yang bisa aku isi untuk 'naik'. Ditambah dengan perut yang semakin buncit which means sebentar lagi akan masuk maternity leave maka semakin kecil lah kesempatanku, although it's not impossible. Aku bukan tipe orang yang diam saja menunggu. Aku juga proaktif mencari posisi lowong untuk bisa 'naik' dan lagi-lagi aku harus kecewa, kali ini karena HR. Katanya aku tidak punya cukup pengalaman untuk bisa mengisi posisi yang aku incar. Hmm... padahal kupikir I'm more than capable, just need a bit of training and that's it. 

Dan dengan umur kehamilan yang inshaaAllah tinggal 3 bulan lagi, rasanya ingin menyerah. Rasanya sudah capek mengejar sesuatu yang kemungkinan tak tergapai sebelum cuti. Tapi aku nggak mau berakhir seperti orang di gambar di bawah. Setidaknya nggak ada penyesalan di akhir karena tidak mengusahakan yang terbaik.


“Feet Away From Gold'” Courtesy of Google Images

MY LIFE IS NOT SOMEONE ELSE'S

I guess, aku selalu lupa bahwa hidupku adalah hidupku. Tidak serta merta bisa dibandingkan dengan kehidupan orang lain, apalagi pencapaiannya. Aku sering merasa down ketika melihat teman-teman sebayaku sudah naik jadi manajer, sudah pergi ke luar negeri untuk menyelesaikan S2, etc dan aku masih stuck disini dan tidak ada tanda-tanda bisa melanjutkan S2 dengan beasiswa (dikarenakan kondisi kami yang domisili tetapnya di Australia, kami berdua sama-sama bekerja, daaann kami punya mortgage *alhamdulillah?*).

Ketika aku trace back 'udah ngapain aja sih aku sejak lulus kuliah?', aku baru sadar I'm behind my peers by two years in terms of work experience. Nggak banyak juga yang bisa aku perbuat, karena keterlambatan ini dikarenakan dua kesempatan yang nggak aku sesali: 1. spending one year in Japan, 2. getting married and getting my Australian permanent visa. Wajar aja kalau aku akhirnya terlalu ngoyo untuk mengejar 'ketertinggalanku', tapi lambat laun aku sadar bahwa aku harus mawas diri - I'm already two years behind, I cannot ask a lot. Yang bisa aku lakukan adalah berusaha sebaik mungkin mengambil setiap kesempatan yang ada, bekerja keras dan cerdas, kemudian biarkan tangan Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Ya, mungkin aku lupa bahwa tangan Tuhan juga punya andil sama besarnya (bahkan lebih) dari ikhtiar yang aku lakukan dalam menentukan outcome.

STOP LOOKING UP!

Ini nih yang paling susah, aku akui - keeping up with the Kardashians eh, Joneses! Mengejar dunia itu nggak akan ada habisnya. Akan selalu ada orang lain yang lebih baik, lebih cantik, lebih sukses, lebih kaya, dan lebih lebih semuanya dari kamu. Dan you know what, social media zaman sekarang hanya memperparah penyakit envious ini dan membuat orang semakin greedy (hello Youtube haul videos!) - that's why I do socmed detox.

Setiap kali melihat orang lain sukses misalnya si A baru aja dipromosiin jadi manajer, si B baru aja ikut training BPI Green Belt, si C baru beli ini-itu baru, terkadang yang ada di kepalaku, "ya Tuhan, kenapa bukan aku? When will my time come?". Akhirnya aku sadar aku nggak pernah tau cerita di belakang itu semua. Mungkin aja orang itu dipromosiin jadi manajer setelah memiliki 6 years of working experience (which I don't have yet), atau ternyata orang yang ikut training BPI Green Belt itu udah begging a million times ke manajernya untuk diikutkan (oh, berarti selama ini aku kurang kekeuh 'mintanya', hehe), dan mungkin orang yang sering beli ini-itu nggak punya kewajiban finansial seperti kamu. Focus on what you have, not what you don't have.

I WANT TO BE CONTENT

Mau tau nggak (nggak mauuuu, hehe) salah satu doa yang paling banyak aku sebut? Dear God, I want to be content with my life. That simple! Saking aku nggak pernah puas sama kehidupanku sendiri dan akhirnya capek sendiri ngejar dunia. Aku pingin bisa menikmati semua dengan santai, menggapai keberhasilan at my own pace. Nggak terburu-buru atau ngoyo harus achieve karena melihat orang lain sudah achieve duluan. Sebetulnya, kalau dipikir-pikir, andaikan ada posisi kosong yang bisa aku isi untuk 'naik', it means aku bisa mencapai posisi itu hanya dengan 4 tahun working experience! Dan buatku itu udah bagus banget. Terakhir, aku percaya bahwa Tuhan tahu mana dan kapan waktu yang terbaik. Yang aku harus lakukan hanya berusaha sebaik mungkin, nggak patah semangat, dan nggak berhenti berdoa. Ketika hal-hal itu lekat di hati dan kepalaku, that's when I can really enjoy life... karena hal-hal duniawi nggak akan dibawa ke kubur.











Be First to Post Comment !
Post a Comment